Beranda | Artikel
Keutamaan Hari Jumat
Jumat, 16 Juni 2023

Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Karena takwa sendiri artinya adalah pelindung. Tatkala seseorang bertakwa kepada Allah, artinya dia melakukan aktivitas yang melindungi dirinya dari adzab Allah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah tatkala di dunia dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena di neraka tak akan ada lagi perlindungan.

Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat sekalian,

Kabar gembira yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita amatlah besar. Pahala yang didapatkan juga besar dan banyak. Semua itu untuk orang-orang yang mengamalkan beberapa amalan ringan di hari Jumat. 

Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا

“Barang siapa membasuh pakaian dan kepalanya, mandi, bergegas Jumatan, menemui awal khutbah, berjalan dan tidak menaiki kendaraan, dekat dengan Imam, mendengarkan khutbah dan tidak bermain-main, maka setiap langkahnya mendapat pahala berpuasa dan shalat selama satu tahun.” [HR. Al-Tirmidzi dan al-Hakim].

Alangkah membahagiakannya kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Alangkah besarnya pahala. Mendapat pahala setahun. Setahun yang diisi dengan shalat malam dan puasa di siang hari. Dengan amal seperti apa pahala ini diperoleh? Amal yang ringan. Yaitu sabda Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ

Ghassala di sini maknanya dijelaskan oleh para ulama maksudnya siapa yang berwudhu. pendapat lain mengatakan, siapa yang mencuci kepalanya. Pendapat lain mengatakan, siapa yang mencuci pakaiannya dengan bersih untuk ia pakai di hari Jumat. Pendapat lain lagi maksudnya adalah siapa yang berhubungan dengan istrinya sehingga ia mandi junub di hari Jumat. Semua makna ini tidak saling bertentangan. Semuanya masuk ke dalam makna yang diinginkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Tatkala seseorang mencuci pakaiannya. Mencuci rambut dan memperhatikan kebersihan rambutnya. Berwudhu dari rumah saat akan shalat Jumat. Dan mencampuri istrinya antara subuh hingga waktu Jumat. Maksudnya adalah agar seseorang mandi untuk Jumatan. Dan ulama sepakat bahwa mandi untuk Jumat bernilai pahala. Dan menurut mayoritas ulama, aktivitas mandi Jumatan ini hukumnya adalah sunnah muakkad. 

Amalan kedua adalah 

وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ

Bakkara maknanya adalah keluar menuju shalat Jumat dengan segera. Semakin cepat seseorang berangkat Jumatan, semakin besar pula pahala yang didapatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ اْلإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ.”

“Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi janabah lalu segera pergi ke masjid, maka seakan-akan berkurban dengan unta yang gemuk, dan barangsiapa yang pergi pada jam yang kedua, maka seakan-akan ia berkurban dengan sapi betina, dan barangsiapa pergi pada jam yang ketiga, maka seakanakan ia berkurban dengan domba yang bertanduk, dan barangsiapa yang pergi pada jam yang keempat seakan-akan ia berkurban dengan seekor ayam, dan barangsiapa yang pergi pada jam kelima, maka seakan-akan ia berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam telah keluar (untuk berkhutbah), maka para Malaikat turut hadir sambil mendengarkan dzikir (nasihat/peringatan).”  [Shahih al-Bukhari (I/213) kitab al-Jumu’ah bab fadhlul Jumu’ah dan Shahih Muslim (II/587) kitab al-Jumu’ah bab at-Tahjiir Yaumil Jum’ah].

Ia bersegera menghadiri shalat Jumat sehingga tidak melewatkan bagian apapun dari khotbah Jumat. 

Kemudian kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ

“Ia berjalan ke masjid. Tidak menaiki kendaraan.”

Ia berjalan kaki ke masjid dan tidak menggunakan kendaraan tertentu untuk sampai ke masjid. 

Amalan beriktunya adalah:

وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ

“Mendekat ke imam”

Ia mendekat ke imam karena termasuk orang yang pertama hadir. Ia serius mendengarkah khotbah dengan telinga dan hatinya. Saat khotbah berlangsung, pikirannya tidak keluar masjid dan tidak melakukan perbuatan sia-sia. Saat khotbah berlangsung dia tidak sibuk berbicara. Atau melakukan aktivitas tertentu. Tidak sibuk dengan pakaian, HP, dll. Ia benar-benar menyimak khotib. 

Kalau seseorang melakukan amalan-amalan ini di hari Jumat, ia akan mendapatkan pahala yang besar ini. Setiap langkah yang ia ayunkan menuju masjid mendapatkan pahala satu tahun berpuasa dan satu tahun shalat malam. Semakin banyak Langkah, maka semakin bertambah pula jumlah tahunnya. Kalau seandainya 100 Langkah, maka ia akan mendapatkan serratus tahun pahala. Kalau menuju masjidnya adalah 1000 langkah, maka mendapatkan pahala 100 tahun.

Ibadallah,

Renungkanlah! Alangkah besarnya pahala yang Allah Ta’ala siapkan ini. Dan alangkah sedikitnya orang yang melakukannya. Seandainya sekali saja hal ini kita dapatkan dalam satu tahun yang kita lewati, tentu ini menjadi kebaikan yang besar untuk kita. 

Marilah kita bertakwa kepada Allah. Kita bersemangat dalam menggapai pahala yang Allah janjikan. Karena dunia ini, secara keseluruhannya itu sedikit. Dan yang kita dapatkan dari dunia yang sedikit ini, hanyalah sedikit dari bagian dunia. Tidak seluruhnya. Dan yang kita nikmati dari keseluruhan yang kita dapatkan juga sedikit, tidak semuanya. Sisanya kita wariskan. Artinya, dari sedikit, didapatkan sedikit, dan dinikmati sedikit lagi.

Dan kesuksesan yang hakiki adalah ada di sisi Allah. Allah Ta’ala berfirman,

 فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan.” [Quran Al-Qariah: 102]

أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا .

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى.

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «جَاءَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَفِي يَدِهِ مِرْآةٌ بَيْضَاءُ فِيْهَا نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فقُلْتُ: مَا هَذِهِ يَا جِبْرِيْلُ؟ قال: هذه الْجُمُعَة يعرضها عَلَيْكَ ربك لتَكُون لك عيدًا ولقومك من بعدك، تَكُون أَنْتَ الأول، وتَكُون اليهود والنَّصَارَى من بعدك، قال: مالنا فيها؟ قال: فيها خَيْر لكم، فيها ساعة من دعا ربه فيها بخَيْر – هُوَ له قسم- إِلا أعطاه إياه، أو لَيْسَ بقسم إِلا ادخر له ما هُوَ أعظم منه، أو تعوذ فيها من شر هُوَ عَلَيْهِ مكتوب إِلا أعاذه، أو لَيْسَ عَلَيْهِ مكتوب إِلا أعاذه من أعظم منه،

 قُلْتُ: ما هذه النكتة السوداء فيها؟ قال: هذه الساعة تقم يوم الْجُمُعَة، وَهُوَ سيد الأيام عندنا، ونَحْنُ ندعوه في الآخِرَة: يوم المزيد. قال: قُلْتُ: لم تدعونه يوم المزيد؟ قال: إن ربك عزَّ وجل اتخذ في الْجَنَّة واديًا أفيح من مسك أبيض، فإذا كَانَ يوم الْجُمُعَة نزل تبارك وتَعَالَى من عليين، فجلس على كرسيه، ثُمَّ حف الكرسي بمنابر من نور، وجَاءَ النبيون حتى يجلسوا عَلَيْهَا،

ثُمَّ يجيء أَهْل الْجَنَّة حتى ينظروا إلى وجهه، وَهُوَ يَقُولُ: أَنَا الَّذِي صدقتكم وعدي، وأتممت عليكم نعمتي، هَذَا محل كرامتي فسلوني، فيسألونه الرِّضَا، فَيَقُولُ الله عَزَّ وَجَلَّ: رضاي أحلكم داري، وأنالكم كرامتي، فسلوني، فيسألونه حتى تنتهي رغبتهم،

فيفتح لَهُمْ عَنْدَ ذَلِكَ ما لا عين رأت، ولا أذن سمعت، ولا خطر على قلب بشر، إلى مقدار منصرف النَّاس يوم الْجُمُعَة، ثُمَّ يصعد الرب تبارك وتَعَالَى على كرسيه، فيصعد معه الشهداء والصديقون». 

أحسبه قال: «ويرجع أَهْل الغرف إلى غرفهم، درة بيضاء، لا فصم فيها ولا وصم، أو ياقوتة حمراء، أو زبرجدة خضراء منها غرفها، وأبوابها، مطردة فيها أنهارها، متدلية فيها ثمارها، فيها أزواجها وخدمها، فليسوا إلى شَيْء أحوج مِنْهُمْ إلى يوم الْجُمُعَة ليزداد فيه كرامة، وليزدادوا فيه نظرًا إلى وجهه تبارك وتَعَالَى ولذَلِكَ دعي يوم المزيد»

“Jibril ‘alaihissalam datang menemuiku. Di tangannya terdapat cermin putih yang terdapat titik hitamnya. Aku bertanya, ‘Apa itu, Jibril’? Ia menjawab, ‘Ini adalah hari Jumat. Hari yang Allah tampakkan padamu agar menjadi menjadi hari raya untukmu dan untuk umatmu setelahmu. Engkau yang pertama yaitu hari Jumat. Kemudian Yahudi dan Nasrani setelahmu’.

Aku bertanya lagi, ‘Apa yang diperuntukkan kepada kami di hari Jumat itu’? Jibril menjawab, ‘Di dalamnya terdapat banyak kebaikan untuk kalian. Pada hari Jumat terdapat satu waktu, siapapun yang berdoa di waktu tersebut dengan doa yang baik, pasti Allah ijabah doanya. Atau Allah simpan untuknya, sesuatu yang lebih baik dari permintaannya. Apabila seseorang meminta perlindungan dari keburukan yang telah tercatat untuknya, pasti Allah lindungi. Atau keburukan yang tidak ditakdirkan padanya, Allah lindungi dengan sesuatu yang lebih besar lagi. 

Aku kembali bertanya, ‘Lalu apa titik hitam di cermin putih itu’? Jibril menjawab, ‘Ini adalah hari kiamat yang akan terjadi pada hari Jumat. Ini adalah hari yang paling mulia bagi kami para malaikat. Di akhirat nanti, kami menyebutnya yaumul mazid (hari tambahan kenikmatan)’.

‘Mengapa kalian menyebutnya yaumul mazid’? tanyaku lagi. Jibril menjawab, ‘Sesungguhnya Rabmu ‘Azza wa Jalla menjadikan satu lembah dari minyak wangi putih. Apabila hari Jumat datang, Dia Dzat yang Mahasuci turun dari illiyin kemudian duduk di atas kursi-Nya. Kursi itu dikelilingi mimbar-mimbar dari cahaya. Kemudian, datanglah para nabi, dan mereka duduk di atas mimbar-mimbar tersebut.

Kemudian penduduk surga dihadirkan di majelis tersebut hingga mereka bisa melihat wajah Allah. Allah berfirman kepada mereka, ‘Akulah yang telah menepati janji-Ku kepada kalian. Akulah yang telah menyempurnakan nikmat-Ku kepada kalian. Ini adalah majelis kemuliaan di sisi-Ku. Mintalah padaku’. Lalu penduduk surga meminta ridha-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Ridhaku kuberikan pada kalian di tempat-Ku ini. Kuberikan pada kalian kemurahan-Ku. Mintalah lagi’! Penduduk surga pun meminta apapun hingga tak tersisa lagi keinginan mereka.

Setelah itu, Allah tampakkan kepada mereka sesuatu yang kenikmatannya tidak pernah dilihat mata. Tidak pernah didengar telinga. Dan tidak pernah terhayal di benak manusia (ada keindahan seperti itu). Dan itu semua terjadi di hari Jumat. Lalu Allah Tabaraka wa Ta’ala kembali meninggi di atas kursi-Nya. Turut serta pula meninggi para syuhada dan shiddiqin.”

Anas melanjutkan, “Seingatku Nabi mengatakan, ‘Pemilik kamar-kamar di surga kembali ke kamar mereka (yang terbuat dari) mutiara yang putih. Yang tidak ada retak dan tidak ada kebisingan. Atau kamar yang terbuat dari pertama merah. Atau dari zamrud yang berwarna hijau. Terbuat dari itulah kamar mereka dan pintu-pintunya. Mengalir juga sungai-sungai di sisinya. Buah-buahannya landai. Dan di rumah-rumah itu terdapat istri-istri dan pembantunya. Setiap hari Jumat, kemulian penduduk surga kian bertambah. Dan setiap Jumat pula mereka berjumpa memandang wajah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Oleh karena itulah, hari Jumat ini disebut dengan yaumul mazid (hari bertambahnya kenikmatan).” [HR. Ibnu Abi Dunya. Diriwayatkan juga oleh ath-Thabrani dengan dua jalur periwayatan yang kuat dan shahih. Dan diriwayatkan oleh al-Bazzar dan teks ini adalah riwayat al-Bazzar].

Dari hadits ini banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil. Di antaranya, Allah mengistimewakan umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan hari Jumat. Sebuah hari yang umat-umat lainnya juga menginginkannya. Yahudi dan Nasrani tidak mendapatkannya. Namun Allah menunjuki kita untuk memuliakannya. Karena kemuliaan hari Jumat, Allah jadikan hari ini sebagai hari raya untuk umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga, hari Jumat adalah hari pekanan bagi kita kaum muslimin. 

Kemudian dari hadits yang panjang ini juga kita memahami bahwa di hari Jumat terdapat waktu mustajab. Ada dua pendapat yang kuat dari para ulama tentang waktu mustajab ini. Pertama: saat khotib naik mimbar hingga shalat Jumat selesai ditunaikan. Kedua: setelah shalat ashar hingga magrib di hari Jumat. Karena itu, cari dan manfaatkanlah waktu tersebut. Ajukan hajat dan kebutuhan kita kepada Allah. Dengan harapan besar dan keyakinan Allah akan mengabulkan permintaan kita. 

Ibadallah,

Karunia Allah untuk kita di hari Jumat ini begitu besar. Mari kita bersungguh-sungguh untuk memanfaatkan keutamaan ini. Mengisinya agar memperoleh pahala yang utama. Yang akhirnya bermanfaat untuk kita di hari pertemuan kita dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti.

Kemudian jangan lupa, di hari Jumat ini juga Allah memerintahkan kita dengan sesuatu yang agung. Sesuatu yang menyucikan jiwa-jiwa kita, mengangkat derajat kita, dan melipat-gandakan pahala kita. Allah Ta’ala berfirman,

﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]، وَقَالَ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» [رَوَاهُ مُسْلِم].

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ

اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، اَللَّهُمَّ أَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْنَا وَلَا تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَامْكُرْ لَنَا وَلَا تُمْكِرْ عَلَيْنَا، وَاهْدِنَا وَيَسِّرِ الْهُدَى لَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا لَكَ ذَاكِرِيْنَ، لَكَ شَاكِرِيْنَ، إِلَيْكَ أَوَّاهِيْنَ مُنِيْبِيْنَ، لَكَ مُخْبِتِيْنَ لَكَ مُطِيْعِيْنَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا، وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا، وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا، وَاهْدِ قُلُوْبَنَا، وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا، وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ صُدُوْرِنَا. اَللَّهُمَّ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ .

اللَّهمَّ إنِّا ظلَمنا أَنَفسنا ظلمًا كثيرًا ولا يغفرُ الذُّنوبَ إلَّا أنتَ فاغفِر لنا مغفرةً من عندِكَ وارحَمنا إنَّكَ أنتَ الغفورُ الرَّحيمُ

عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  . 

Diterjemahkan dari Khotbah Jumat Syaikh Sulaiman ar-Ruhaili (Imam dan Khotib Masjid Quba, Madinah, Arab Saudi) dengan sedikit penyesuaian.

Judul Asli: Min Fadhail Yaumil Jum’ah

Diterjemahkan oleh Nurfitri Hadi

Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/6346-keutamaan-hari-jumat.html